Aku adalah serupa aku. Aku titahan sang bumi tuk menjalani lakon-lakon. Aku diberi pilihan, menjadi aku atau bukan aku. Tapi kutanya, memangnya AKU seperti apa? Sebab menjadi yang BUKAN AKU lebih mudah, kulakukan. Hingga aku lupa dengan aku yang sebenarnya. - Shofi MI
"Satu masa tlah terlewati. Benci dan rindu merasuk di kalbu."
Entah mengapa lagu berjudul "Ada Apa Dengan Cinta" begitu asik mengalun di telinga dan pikiranku yang sedang berisik. Mendengar kata "benci" dan "rindu" seakan tidak bisa dipisahkan jika mengingat kenangan kita di masa dulu. Terasa bias dan aku tidak bisa membedakan batas antara benci dan rindu. Ah! Aku bukan sengaja mengingat, lagipula siapa yang ingin mengingat hal menyakitkan? Meskipun saat ini kau masih bersamaku, seolah dulu tidak pernah terjadi hal menyakitkan yang membuat masing-masing dari kita berlalu. Katamu, di saat kebersamaan tidak lagi membuat bahagia, kita butuh pergi sementara untuk menyadari masing-masing dari kita berhak bahagia. Ternyata benar, kita sama-sama pergi tuk sementara, dan kembali datang untuk menyambung luka. Pada akhirnya kita sama-sama menyadari setelah sama-sama pergi, bahwa kita berhak berbahagia. Kau berhak berbahagia dengan yang selain aku.
Kutegak minuman yang sedari tadi menemaniku di sebuah kamar yang cahayanya sangat minim, hanya ada cahaya dari ponselku yang tetap menyala karena sedang memutar sebuah lagu. Atmosfer di kamarku amat mendukung untukku bernostalgia sendirian tentang masa itu. Aku tertawa tanpa sengaja, mengingat kau yang kini sedang kukenang adalah seseorang yang pernah hampir kumiliki, dan sialnya lagi kau sekarang masih beriringan jalan bersamaku seakan tidak pernah ingin beranjak pergi.
Kita pernah ada di masa remaja saat kau dan aku sedang sama-sama semangat meraih mimpi. Kita sering bersaing untuk mendapat nilai paling bagus, sesering hujan turun pada saat musimnya. Kita sering saling titip jajanan ketika salah satu di antara kita malas untuk berjalan ke kantin. Kita pernah saling meminjam uang untuk mengisi kotak sumbangan yang dikekelingkan ke tiap kelas setiap seminggu sekali. "Uang kamu dulu ya, aku nggak ada uang kecil nih," ucapmu dan terkadang juga ucapku begitu. Tapi satu yang menjengkelkan darimu dan tidak akan pernah kulupa. Kau selalu berisik ketika menyontek di waktu ujian, padahal sudah kuberi kode dengan gerakan jari dan mulut yang berusaha sejelas mungkin mengucapkan kata-kata tanpa bersuara. Entah telinga kau yang selalu kurang dengar atau kau sengaja supaya aku dimarahi pengawas dan jadi bahan tertawaan di ruangan kelas? Apa pun alasannya, jika kau tertawa aku akan ikut bahagia.
Ah sialan, aku terlalu hanyut dalam nostalgia. Padahal untuk apa? Jika aku rindu bisa saja kutelepon kau sekarang dan mengajak jalan sambil menikmati jalanan di malam minggu yang tidak pernah sepi, bukankah kau selalu suka ketika melihat jalanan di malam hari dan banyak lampu kendaraan? Katamu, pemandangan seperti itu seperti kunang-kunang di malam hari dan kau menyukainya. Sementara aku yang tidak terlalu suka melihat banyak cahaya dan keramaian seperti yang kau sukai, berusaha untuk terlihat tertarik agar kau merasa nyaman bersamaku. Terkadang kita perlu merelakan sesuatu yang tidak kita sukai untuk kita sukai, ketika orang yang kita sukai menyukai sesuatu yang tidak kita sukai. Sederhana, dan hanya untuk kebahagiaannya.
Jadi bagaimana? Bolehkah kutelepon kau sekarang? Akan kuajak keliling kota dan berjalan-jalan melihat kunang-kunang yang kau sukai.
("Sederhana, dan Hanya Untuk Kebahagiaannya" - Shofi MI)
Komentar
Posting Komentar