Aku adalah serupa aku. Aku titahan sang bumi tuk menjalani lakon-lakon. Aku diberi pilihan, menjadi aku atau bukan aku. Tapi kutanya, memangnya AKU seperti apa? Sebab menjadi yang BUKAN AKU lebih mudah, kulakukan. Hingga aku lupa dengan aku yang sebenarnya. - Shofi MI
Abimana bercandanya keterlaluan. Dia menyembunyikan ponselku dan membawanya ke rumah, pantas saja tadi ia ketawa-ketawa ketika aku marah-marah di kelas, bukannya bantuin, ternyata memang dia dalangnya, untung teman Abimana yang waktu itu meminjamkan jas hujan untukku memberitahu. Katanya, ponselku disembunyiin oleh Abimana.
"Bim, enggak lucu," ucapku ketika mendapati Abimana duduk di terasnya.
Abimana tidak menjawab, dia hanya melongo. Aku tidak akan termakan sandiwaranya. Aku duduk di salah satu kursi.
"Mana ponselku, Bim? Aku mau pulang."
"Ponsel?"
"Iya, mana?"
Abimana mengedikkan bahu, dia menggaruk-garuk kepala dan bangkit dari duduknya.
"Bim!"
Aku menarik lengannya, sehingga dia tidak jadi masuk ke dalam rumah. Namun, tiba-tiba seseorang muncul dari dalam rumah. Aku dibuat syok oleh kedua orang di hadapanku.
"Ha?"
"Gi, kamu ngapain di sini?"
Aku tidak menjawab. Dua laki-laki yang wajahnya sangat mirip ini berdiri di hadapanku. Salah satu di antara mereka tertawa dan memegang kedua bahuku.
"Kamu belum tau ya?"
"Apa?"
"Ini kembaranku, namanya Abimanyu."
"Sejak kapan kamu punya kembaran?"
Aku menepuk jidat setelah melontarkan pertanyaan itu, bodoh. Dua laki-laki di hadapanku ini tertawa berbarengan.
"Kenalin, aku Abimanyu, adiknya Abimana."
"Hanggia, panggil aja Gi."
Aku dan Abimanyu bersalaman. Kuperhatikan wajah mereka, sama persis, hampir tidak dapat dibedakan. Melihatku yang terus-terusan bengong, mereka tertawa lagi.
"Kamu ngapain ke rumahku? Tumben."
"Ponselku mana?"
"Aku enggak tau, Gi."
"Enggak lucu."
"Aku enggak melawak, Gi, beneran."
"Bim, aku mau pulang."
"Ya udah, aku antar."
"Bukan itu tujuanku ke sini. Aku mau ngambil ponselku, nanti ibuku telepon."
"Nanti kuangkat teleponnya."
"Bim!"
"Kak..."
Abimanyu bersuara dengan kalemnya, bermaksud menegur kakaknya agar berhenti membercandaiku, dia pasti sudah mengetahui betul watak kakaknya. Dua saudara kembar itu malah saling ketawa.
"Mana? Cepet ambil ponselnya!"
"Enggak mau, mager."
"Bim! Aku mau pulang, cepet!"
"Udah aku bilang, aku antar, ayo."
"Aku mau pulang, lapar! Cepet!"
"Ya udah, ayo, cari makan."
"Aku pulang telat gara-gara kamu, nanti aku aduin ke ibuku."
"Aku bilangin ayah, masa anak laki-lakinya dimarahin perempuan gini."
"Mana ayahmu?"
"Ada di dalam."
"Aku bilangin ke ayah kamu, anaknya ngeselin."
Aku menerobos masuk ke dalam rumah Abimana, namun tanganku ditarik olehnya, sehingga aku kembali terduduk.
"Sebentar, aku ambil. Bawel!"
Abimana melangkah ke dalam rumah. Tidak lama ia kembali sambil membawa ponselku. Setelah ponselku sudah berpindah tangan, lantas aku pergi tanpa berucap apa pun karena masih kesal kepada Abimana. Tapi, tiba-tiba ia mengejar dan menghalangi langkahku.
"Gi! Mau ke mana?"
"Pulang."
"Aku antar."
"Enggak usah. Bisa sendiri."
"Yakin?"
"Iya, awas."
"Aku yang enggak yakin."
"Hah?"
"Jam segini udah enggak ada angkot, Gi."
"Aku mau dijemput ibu."
"Ibumu tadi telepon, pulang malem, kerja lembur di kantor."
"Ya udah, jalan kaki."
"Enggak usah nyiksa diri sendiri. Diem, tunggu, aku ambil motor dulu."
Abimana berlari, aku hanya memandangi punggungnya yang menghilang dengan cepat. Tidak menunggu lama, dia kembali dengan menumpangi motornya.
"Ayo."
"Makasih."
"Tumben, bilang makasih."
"Enggak sengaja."
Abimana tertawa, lalu ia melajukan motor perlahan. Langit mulai menggelap, waktu menunjukkan pukul setengah enam sore. Aku pulang telat karena ulah Abimana. Tetapi, kalau dia tidak menyembunyikan dan membawa pulang ponselku, aku tidak akan diantar pulang olehnya saat ini. Meskipun aku dan Abimana sering pulang dan pergi ke sekolah berdua, tapi setiap hari rasanya selalu sama, selalu membuatku bahagia, seolah tidak biasa.
***
Alhamdulillah, udah sampai part 4 nih. Gimana? Lanjut ke part 5 yuk!
Btw, makasih ya, karena masih ngikutin cerita aku.
Salam hangat, semoga selalu sehat.
Komentar
Posting Komentar